Sombonglah, jika jabatan bisa megubah
statusmu di rumah, tak lagi sebagai seorang anak yang harus menghormati orang
tua. Tak perlu melayani kebutuhan orang tua, bahkan merawat dan membersihkan
kotoran saat rumah penuh dengan debu. Ya, mungkin kau bisa membayar pembantu.
Kau boleh sombong, jika bisa mengubah kenyataan bahwa fitrahmu adalah
diciptakan dari tetes mani yang hina.
Sombonglah, ketika pangkat yang kau
dapat mampu menjunjung tinggi kedudukanmu hingga tak perlu lagi menapak bumi.
Kau tak perlu bersusah payah mengambil minum, mengambil makan untuk diri
sendiri, pergi ke toilet saat panggilan alam berbunyi, sehingga tak perlu
bersentuhan dengan kotoran yang keluar dari tubuhmu sendiri.
Sombonglah, ketika harta yang kau
punya mampu membeli nyawa orang-orang yang kau puja hidupnya. Mungkin kau bisa
membeli mobil mewah, tiket konser artis terkenal, atau membeli sebutir berlian
dengan harga ratusan juta. Kau boleh sombog, memamerkan segala kekayaan yang
kau punya jika hartamu itu mampu membeli harga diri seorang buruh yang enggan
menyuap demi mendapat pekerjaan. Kau boleh sombong, jika harta yang kau punya
mampu mengusir penyakit yang tiba-tiba datang atau mengundang hujan saat
kemarau panjang.
Sombonglah, jika pasangan yang kau
punya patut dipuja dunia karena fisiknya. Lalu pantas kau pamerkan pada acara
reuni, undangan pernikahan, bahkan acara-acara resmi tempatmu menghabiskan
waktu. Sombonglah, jika kau berhasil lupa bahwa pada setiap makhluk bernyawa
membawa kotoran yang menjijikkan di dalam tubuhnya dimanapun ia berada.
Sombonglah, jika kau bisa menghapus
peringatan penguasa semesta, Tuhan yang Maha Semurna:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat
menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (Al Isra’:
37)
“Maka tatkala mereka bersikap sombong
terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya:
"Jadilah kamu kera yang hina[581].} (Q.S Al A’raaf: 166)
[581] Sebagian ahli tafsir memandang
bahwa ini sebagai suatu perumpamaan , artinya hati mereka menyerupai hati kera,
karena sama-sama tidak menerima nasehat dan peringatan. Pendapat jumhur
mufassir ialah mereka betul-betul menjadi kera, hanya tidak beranak, tidak makan
dan minum, dan hidup tidak lebih dari tiga hari.
Maka sombonglah, jika siap berubah
menjadi kera yang hina.
#OneDayOnePost
0 comments:
Post a Comment