Hastag
#temaniakuhidup mendadak viral di media sosial. Siapa lagi pelakunya jika bukan
para jomblo? Eh, ini tidak lebay, sungguh! Hanya suara hati yang mencoba keluar
dari sarangnya. Hehe
Buat para jomblo
mulia #sambilnunjukdiri ngga papa kalau mau jujur bilang #temaniakuhidup. Sungguh,
ngga papa. Ngga usah bilang baper karena tanpa diumumkan itu sudah menunjukkan
kebaperan. Tapi, ingatlah bahwa #temaniakuhidup itu hanya layak diucapkan
ketika sudah benar-benar siap. Baik secara fisik, mental, finansial, dan tentu
saja kalau sudah jelas ada calonnya. Kalau belum? Cari dulu sana!
Terus, kalau
sudah ada calon, gimana bilangnya? Kan ngga enak tiba-tiba bilang: “Hai, #temaniakuhidup
yuk?”
Ops, okey…
begini, katakana saja:
Duhai kamu yang
tampak baik dalam pandanganku, izinkan aku memintamu untuk #temaniakuhidup
selama sisa waktu. Mungkin aku bukan manusia sempurna, karena tak seorangpun
tercipta tanpa cela. Mungkin aku tak sebaik yang kau pinta dalam doa, tapi aku
yakin Allah izinkanku memilihmu karena engkau pantas menjadi yang terbaik untuk
dunia dan akhiratku. Bukankah engkau juga memiliki kekurangan serupa?
Engkau boleh
menerima atau menolak permintaanku. Namun sebelum memastikan jawaban, semoga
engkau sudah menetapkan diri dalam keyakinan. Jika engkau menolakku karena masa
lalu, maka sesungguhnya kita tak akan pernah bisa kembali ke sana, maka untuk
apa mengkhawatirkannya? Jika engkau menerimaku karena kemungkinan masa depan,
maka sesungguhnya kita tidak bisa menerkanya dalam kepastian, maka untuk apakah
menggantungkan pilihan yang masih penuh dengan pertimbangan?
Jika engkau
menolak atau menerimaku karena rupa, sesungguhnya tak ada yang abadi dalam
kenyataan fisik yang kau puja. Tubuh ini akan menua, menyisakan keriput yang
menghabiskan pesona. Lalu apakah ketika yang kau suka lenyap dari pandangan
mata, lenyap pula rasa yang disebut cinta?
Jika engkau
menerima atau menolakku karena harta, bukankah kepemilikan dunia bersifat
sementara? Harta adalah rupa dunia yang bisa datang dan lenyap tiba-tiba. Bisa menjauhkan
persaudaraan atau mempereratnya dengan syarat. Atau bisa jadi, harta itu abadi
ketika kita mengikhlaskannya. Jika kau ikhlas, aku yakin engkau tidak akan memilihku
karena harta.
Atau karena
nasab yang penuh sejarah dan pelajaran berharga? Mungkin benar jika buah jatuh
tak jauh dari pohonnya. Namun kau harus ingat bahwa setiap biji yang terpisah
dari induknya memiliki sifatnya sendiri. Engkau tak bisa menilai semua sama. Meski
mungkin tak semua hal berbeda. Jika engkau ingin tahu karakter seseorang, maka
perhatikanlah caranya marah, bermuamalah dan memperlakukan orang tua.
Cukuplah engkau
pertimbangkan menolak atau menerimaku karena agama, iman yang kujaga. Engkau boleh
bertanya padaNya lewat untaian doa atau pertimbangan orang tua. Dengarkanlah mereka,
karena ada ridha Allah tercermin pada keduanya. Jadi, kapan engkau siap untuk
#temaniakuhidup selamanya?
1 comments:
Masya Allah...
Post a Comment