Wednesday, 13 September 2017

Agar Anak Makan Sayur

| |



Sayur adalah salah satu bahan makanan yang menyehatkan tubuh. Apalagi untuk anak yang masih dalam masa pertumbuhan, sayur adalah salah satu menu wajib sehari-hari. Kandungan vitamin, mineral, dan zat-zat lain dalam sayur sangat dibutuhkan oleh tubuh. Namun sayang, tidak semua anak mau dengan mudah makan sayur. Ada yang mengaku rasanya aneh sehingga tidak suka, ada yang rela “meminggirkan” sepotong kecil daun seledri ketika tampak di piring makannya.


Apa yang anda lakukan ketika anak sulit atau tidak mau sama sekali makan sayur?

Adik sepupuku yang paling kecil, Afizah namanya. Usianya sekitar lima tahun (seingatku belum genap), dan selama ini sangat sulit makan sayur. Jangankan sayur, untuk lauk saja tidak banyak yang bisa masuk ke mulutnya. Makanan pokoknya adalah ayam goreng dan nasi. Sedih rasanya melihat dia makan ayam goreng crispy setiap hari. Aku bosan, tapi dia? Tak mau beranjak ke menu lain. Menjaganya dengan menu tetap memang tidak sulit. Toh itu berarti aku tak perlu repot memasak berbagai menu, kan?

Tapi, tidak bisa dibiarkan begitu. Kasihan tubuhnya jika kurang seimbang gizi yang dimakan. Berbagai cara mulai kucoba. Kutawari baik-baik, dia menolak. Kubuatkan sayur, barangkali mau mencoba ketika sudah siap, tetap tidak mau juga. Diajak ke rumah sepupunya yang suka makan sayur, tidak tertarik meniru. Kami sampai bosan memintanya makan sayur. Jika dipaksa? Alamat, tangisan akan menjadi senjata paling ampuh.

Tidak, aku tidak suka memaksanya.

Kucoba pelan-pelan memberi pengertian, bahwa sayur adalah salah satu kebutuhan tubuh. Kita tidak bisa makan makanan yang kita suka saja, tapi kita perlu memikirkan kebutuhan tubuh. Mata misalnya, butuh banyak vitamin A, yang itu terdapat dalam wortel, tomat, atau sayur lain. Vitamin C bisa kita dapat dari makan jeruk, kalium untuk tulang dari pisang, dan sebagainya.

Awalnya, Afizah tentu saja tidak paham benar apa yang kusampaikan. Sering kubiarkan dia memilih makanan sesuai kesukaannya. Tapi sekali waktu, kucuil sedikit udang, tempe, atau makanan lain yang kira-kira tidak aneh di lidahnya. Lalu kusembunyikan diantara nasi dalam suapannya. Kalau dia mau makan sendiri, trik ini tidak akan berhasil. Meski begitu, kami terus memberinya sugesti yang baik, betapa penting makan sayur, biar cepat besar, biar matanya sehat, biar pinter, dsb.

Sampai kemarin, tanggal 12 September 2017, aku sengaja tidak menyiapkan ayam goreng sebagai menu wajibnya. Sudah hampir seminggu ini adik mau makan sosis sapi merk “Champ” sebagai campuran ayam goreng. Karena ayahnya berpesan, kalau pencernaan adik kurang bisa menerima sosis, dia pernah muntah setelah makan sosis. Adik juga cerita sebenarnya, Cuma aku kurang tanggap, sedemikian seriuskah masalahnya? Sementara sekarang adik suka sosis (lagi). Akhirnya kusampaikan padanya kalau ayahnya berpesan agar tidak makan sosis. Melalui proses tawar menawar, dia menerima ketentuan tetap makan sosis tapi sedikit, selebihnya tetap makan pakai ayam goreng. Nah, karena ayam goreng pas habis kemarin dan orang jual belum buka lapak, kucoba tawarkan padanya (lagi dan lagi) sayur.

Aku terkejut mendengar jawabannya, “Adik makan sayur biar sehat ta?”. “Iya dek, biar matanya adek sehat harus banyak makan wortel,” jawabku menegaskan. “Ayah pesan biar adek banyak makan sayur ta? Biar matanya adek sehat?” Tanyanya antusias. Aku melihat kesempatan emas. Segera saja kutawarkan untuk mengambil makan dengan sayur (lauknya boleh pakai sosis, tetap setengah porsi). Lalu sedikit demi sedikit kusuapi. Dia mau! Wow!

Rasanya seperti kejutan hujan uang di siang bolong. “Enak, kan?” Tanyaku. “Iya, enak.” Alhamdulillah… padahal soal rasa, Fiza termasuk anak yang sangat pemilih. Tidak enak atau aneh sedikit saja, biasanya tidak akan mau melanjutkan makan. Hufft, lega rasanya.

Ternyata begitu cara membuat anak mau makan sayur. Terus berikan sugesti yang baik, latih jika ada kesempatan, teruslah bersabar dan jangan pernah menyerah. Kalaupun anak tetap tidak suka sayur, setidaknya dia tidak benci dan tetap mau makan sayur sesekali. Ibarat kertas putih, anak kecil masih bersih pikiran dan hatinya. Tugas orang tualah menjadikannya kuning, hijau atau biru. Tentu butuh teknik tertentu untuk membuat warna-warna indah, menyesuaikan kepribadian dan karakter asli dalam diri mereka.


Selamat berjuang, para bunda dan ayah!

2 comments:

Dewie dean said...

Uda segerakan kak. Tips emak2 makan sayur ada ngga? Ini tetangga ngga doyan makan sayur

Nodiwa said...

Tipsnya boleh nih mbak. Sugesti pada anak. Nice sharing :)

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©