Sayur adalah
salah satu bahan makanan yang menyehatkan tubuh. Apalagi untuk anak yang masih
dalam masa pertumbuhan, sayur adalah salah satu menu wajib sehari-hari. Kandungan
vitamin, mineral, dan zat-zat lain dalam sayur sangat dibutuhkan oleh tubuh. Namun
sayang, tidak semua anak mau dengan mudah makan sayur. Ada yang mengaku rasanya
aneh sehingga tidak suka, ada yang rela “meminggirkan” sepotong kecil daun
seledri ketika tampak di piring makannya.
Apa yang anda
lakukan ketika anak sulit atau tidak mau sama sekali makan sayur?
Adik sepupuku
yang paling kecil, Afizah namanya. Usianya sekitar lima tahun (seingatku belum
genap), dan selama ini sangat sulit makan sayur. Jangankan sayur, untuk lauk
saja tidak banyak yang bisa masuk ke mulutnya. Makanan pokoknya adalah ayam
goreng dan nasi. Sedih rasanya melihat dia makan ayam goreng crispy setiap
hari. Aku bosan, tapi dia? Tak mau beranjak ke menu lain. Menjaganya dengan
menu tetap memang tidak sulit. Toh itu berarti aku tak perlu repot memasak
berbagai menu, kan?
Tapi, tidak bisa
dibiarkan begitu. Kasihan tubuhnya jika kurang seimbang gizi yang dimakan. Berbagai
cara mulai kucoba. Kutawari baik-baik, dia menolak. Kubuatkan sayur, barangkali
mau mencoba ketika sudah siap, tetap tidak mau juga. Diajak ke rumah sepupunya
yang suka makan sayur, tidak tertarik meniru. Kami sampai bosan memintanya
makan sayur. Jika dipaksa? Alamat, tangisan akan menjadi senjata paling ampuh.
Tidak, aku tidak
suka memaksanya.
Kucoba pelan-pelan
memberi pengertian, bahwa sayur adalah salah satu kebutuhan tubuh. Kita tidak
bisa makan makanan yang kita suka saja, tapi kita perlu memikirkan kebutuhan
tubuh. Mata misalnya, butuh banyak vitamin A, yang itu terdapat dalam wortel,
tomat, atau sayur lain. Vitamin C bisa kita dapat dari makan jeruk, kalium untuk
tulang dari pisang, dan sebagainya.
Awalnya, Afizah
tentu saja tidak paham benar apa yang kusampaikan. Sering kubiarkan dia memilih
makanan sesuai kesukaannya. Tapi sekali waktu, kucuil sedikit udang, tempe,
atau makanan lain yang kira-kira tidak aneh di lidahnya. Lalu kusembunyikan
diantara nasi dalam suapannya. Kalau dia mau makan sendiri, trik ini tidak akan
berhasil. Meski begitu, kami terus memberinya sugesti yang baik, betapa penting
makan sayur, biar cepat besar, biar matanya sehat, biar pinter, dsb.
Sampai kemarin, tanggal 12 September 2017, aku sengaja tidak menyiapkan ayam goreng sebagai menu wajibnya. Sudah hampir seminggu
ini adik mau makan sosis sapi merk “Champ” sebagai campuran ayam goreng. Karena ayahnya berpesan, kalau
pencernaan adik kurang bisa menerima sosis, dia pernah muntah setelah makan
sosis. Adik juga cerita sebenarnya, Cuma aku kurang tanggap, sedemikian
seriuskah masalahnya? Sementara sekarang adik suka sosis (lagi). Akhirnya kusampaikan
padanya kalau ayahnya berpesan agar tidak makan sosis. Melalui proses tawar
menawar, dia menerima ketentuan tetap makan sosis tapi sedikit, selebihnya
tetap makan pakai ayam goreng. Nah, karena ayam goreng pas habis kemarin dan
orang jual belum buka lapak, kucoba tawarkan padanya (lagi dan lagi) sayur.
Aku terkejut
mendengar jawabannya, “Adik makan sayur biar sehat ta?”. “Iya dek, biar matanya
adek sehat harus banyak makan wortel,” jawabku menegaskan. “Ayah pesan biar
adek banyak makan sayur ta? Biar matanya adek sehat?” Tanyanya antusias. Aku melihat
kesempatan emas. Segera saja kutawarkan untuk mengambil makan dengan sayur
(lauknya boleh pakai sosis, tetap setengah porsi). Lalu sedikit demi sedikit
kusuapi. Dia mau! Wow!
Rasanya seperti
kejutan hujan uang di siang bolong. “Enak, kan?” Tanyaku. “Iya, enak.” Alhamdulillah…
padahal soal rasa, Fiza termasuk anak yang sangat pemilih. Tidak enak atau aneh
sedikit saja, biasanya tidak akan mau melanjutkan makan. Hufft, lega rasanya.
Ternyata begitu
cara membuat anak mau makan sayur. Terus berikan sugesti yang baik, latih jika
ada kesempatan, teruslah bersabar dan jangan pernah menyerah. Kalaupun anak
tetap tidak suka sayur, setidaknya dia tidak benci dan tetap mau makan sayur sesekali. Ibarat kertas putih, anak kecil masih bersih pikiran dan hatinya. Tugas
orang tualah menjadikannya kuning, hijau atau biru. Tentu butuh teknik tertentu
untuk membuat warna-warna indah, menyesuaikan kepribadian dan karakter asli
dalam diri mereka.
Selamat berjuang,
para bunda dan ayah!
2 comments:
Uda segerakan kak. Tips emak2 makan sayur ada ngga? Ini tetangga ngga doyan makan sayur
Tipsnya boleh nih mbak. Sugesti pada anak. Nice sharing :)
Post a Comment