22.03
Hari sudah malam. Lampu inspirasi masih menyala. Kupikir dia adalah salah satu makhluk ajaib di dunia. Bersayap dan bisa mendatangiku kapan saja, meski hanya di dunia maya.
“Baru mendarat
di kasur ini.” Katanya
“Sama, aku abis
ngojek. Pulang mandi terus naik ke kamar” Jawabku.
“Tapi jaga
kesehatan, ya.” Katanya saat tahu aku mandi malam. Kata orang, ngga baik mandi
malam-malam kan, ya?
“Iya kakak… Ga
enak mau tidur. Tadi abis olahraga di toko, terus antar karyawan pulang. Kasihan
ngga ad ayang jemput.” Kalau boleh jujur, versi aslinya lebih detail. Olahraga di Toko, kamu pasti tahu maksudku. Iya, kamu yang sedang membaca tulisanku.
“Kalau gitu,
saatnya ke kasur.” Aku hanya tersenyum dalam hati. Karena sesungguhnya aku
sudah duduk manis di atas kasur.
“Ayo bobo”,
Ujarnya lagi.
“Yuk.” Jawabku
singkat, yang tak terbalas lagi. Iyalah, mau balas apa?
Sesungguhnya hati
ini ingin segera tidur, melepas segala lelah dan menikmati malam penuh bintang.
Tapi apalah daya, dalam kepala masih berputar beberapa rencana: menyelesaikan
bacaan, lapor RCO, membalas pesan-pesan yang masuk, termasuk menanggapi orang konsultasi
dan pertanyaan para pendaftar ODOP 4. Jadi, mana bisa langsung tidu? Inilah
yang terjadi sebelumnya:
19.45
Adik sudah kuantar tidur. Dia sudah mau tidur sendiri, tidak banyak protes, meski sempat "terpaksa" ku-talaqqi mengaji untuk menagih janji sore tadi. Kuputuskan pergi ke Toko karena kebetulan neneknya sudah di sini. Gerbang toko
menyambutku dengan tumpukan karton berisi barang supply, baru datang tadi sore. Beginilah
suasana toko ketika ada barang datang. Apalagi jika yang datang adalah
barang-barang berskala besar seperti diapers, kapas, Charm, Laurier, dkk. Alamat,
samping toko yang digunakan menampung barang datang bakal penuh.
Aku menarik
napas sejenak, memilih masuk memeriksa suasana. Beberapa karyawan sedang
mengisi display, yang lain melayani pembeli dan berjaga di meja kasir. Semua berjalan
sebagaimana mestinya. Sebenarnya aku sendiri sudah cukup lelah, seharian
berjibaku di dapur, menemani adik bermain dan belajar, juga menyortir barang di
toko siang tadi. Tapi demi melihat tumpukan barang, mana bisa diam dan bersikap
cuek?
Segera kuteliti
barang mana yang bsia di display atau masuk gudang untuk stok. Kami hampir selesai saat toko sudah harus tutup. Setelah menyelesaikan semua barang yang perlu di
display dan memindahkan stok ke Gudang belakang, kami masih harus berhitung
dengan kas. Menghitung penerimaan, pengeluaran, dan mempersiapkan modal untuk
besok. Beberapa kali sempat keliru menulis angka, efek kantuk yang tertahan.
21. 05
“Mbak, bisa
minta tolong antar aku pulang?” Ujar salah satu karyawan, dia tidak bawa sepeda
motor tadi, mungkin dipakai ortunya. Akhirnya kuantar juga, ke kecamatan sebelah. Sampai rumah lagi, sudah pukul 21.45. Lalu aku
mandi dan gosok gigi persiapan tidur.
Maaf ya kak, ngga sesuai sama jawaban tadi. Batinku
ingin sekali minta maaf langsung pada sang inspirator karena tidak konsisten dengan jawaban sendiri. Tapi apalah daya, belum sekalipun kami bertatap muka. Jadi minta maaf cukup
lewat tulisan saja. Eh, perasaan saja. Kan orangnya sudah tidur…. Hehe
Sungguh, jika
bisa aku meminta waktu, ingin kujadikan hari ini lebih dari 24 jam. Biar lebih
banyak yang bisa kulakukan, lebih luas manfaat yang kutinggalkan, dan semakin
banyak ilmu yang kudapatkan. Tapi apalah daya, aku hanya manusia biasa yang
serba terbatas, sampai tenggelam dalam obrolan online.
Sudah, cukup. Lewat
tengah malam rupanya sekarang, pertanda hari baru sudah dimulai lagi. Saatnya matikan
pelita dalam kamar dan beranjak tidur (lagi). Semoga esok tak terlambat bangun
dan menunaikan kewajiban yang menanti.
Beberapa kali aku berpikir, tanggung jawab begini saja rasanya sudah berat sekali. Bagaimana dengan orang-orang sukses di luar sana, tentu kesuksesannya harus dibayar mahal pula dengan segenap usaha. Apa yang mereka lakukan jika lelah?
Apalagi jika sudah menjadi seorang ibu, hampir tak ada waktu untuk dirinya sendiri. semua tercurah untuk sang buah hati, termasuk jam istirahat. Ketika anak sakit, orang tua terutama ibunya hampir tak punya waktu untuk memejamkan mata. Ah, bayi, sesungguhnya engkau egois sekali!
Lalu, berkaca pada diriku sendiri. Apakah semua yag sudah kulakukan cukup menjadi alasan untuk merasa lelah? Atau ini hanya sugesti diri sendiri yang membatasi?
Tengah malam, lewat beberapa menit sekarang. Mata masih cukup kuat terbuka. Tapi raga sudah ingin menuntut haknya. Rasanya belum "sreg" mau tidur, maka kuambil wudhu di teras lantai atas. Kupasrahkan segenap jiwa, raga dan semua kepingan harap padaNya. Usai merangkai barisan do'a, rasa kantuk kembali hadir dan kusambut dengan bahagia.
Beberapa kali aku berpikir, tanggung jawab begini saja rasanya sudah berat sekali. Bagaimana dengan orang-orang sukses di luar sana, tentu kesuksesannya harus dibayar mahal pula dengan segenap usaha. Apa yang mereka lakukan jika lelah?
Apalagi jika sudah menjadi seorang ibu, hampir tak ada waktu untuk dirinya sendiri. semua tercurah untuk sang buah hati, termasuk jam istirahat. Ketika anak sakit, orang tua terutama ibunya hampir tak punya waktu untuk memejamkan mata. Ah, bayi, sesungguhnya engkau egois sekali!
Lalu, berkaca pada diriku sendiri. Apakah semua yag sudah kulakukan cukup menjadi alasan untuk merasa lelah? Atau ini hanya sugesti diri sendiri yang membatasi?
Tengah malam, lewat beberapa menit sekarang. Mata masih cukup kuat terbuka. Tapi raga sudah ingin menuntut haknya. Rasanya belum "sreg" mau tidur, maka kuambil wudhu di teras lantai atas. Kupasrahkan segenap jiwa, raga dan semua kepingan harap padaNya. Usai merangkai barisan do'a, rasa kantuk kembali hadir dan kusambut dengan bahagia.
2 comments:
tidurlah kak hahaha
Lelah sekali. Pasti.
Tidurlah, selamat malam. Lupakan sajalah aku.
Post a Comment