Ini bukan soal
usia yang memang sudah waktunya sering sekali mendapat pertanyaan yang sama: “Kapan
nikah?”. Bukan pula soal undangan nikah dari teman, sahabat, bahkan adik kelas
dan tetangga yang menurut perasaan, kemarin masih unyu-unyu ngeselin. Eh, mau
nikah duluan. Bukan pula soal menghadapi riweuh
nya tante, bulik, saudara jauh, bahkan orang-orang yang bukan siapa-siapa,
begitu semangat mencarikan jodoh, mengenalkan dengan orang-orang asing, ah
entah siapa saja, yang aku tak benar-benar bisa peduli pada semua itu.
Sudah beberapa
bulan yang lalu aku tahu, salah dua (bukan hanya salah seorang) anggota
keluarga besar keluarga ODOP akan menikah. Ya, secara sejak beberapa bulan yang
lalu, entah bagaimana aku bisa menangkap sinyal “rasa” diantara mereka. Meski tetap
saja aku diam. Eh, ini hoax. Aku ngga bisa jadi pendiam yang baik di group
ODOP. Percayalah, aku sering nimbrung merecoki mereka. Ehm, akhirnya beberapa
hari yang lalu mereka menyampaikan undangan pernikahan di group. Alhamdulillah,
bahagia sekali rasanya.
Baper? Pasti. Tapi
masih dalam skala aman. Baper karena undangan itu biasa. Paling akhirnya cuma mikir,
“Bisa datang ngga, ya?” Selebihnya, kalau bisa datang ya alhamdulillah. Bisa ketemu,
saling mendoakan, mengucapkan selamat, lalu pulang. Kalau ngga bisa, setidaknya
tetap bisa mendoakan dari jauh, Alhamdulillah.
Dua orang calon
mempelai ini bertemu di group ODOP. Dunia maya yang awalnya tak ada tatapan
mata. Hanya ada bincang kata dan bercanda yang… ya, semua terjadi di dunia
maya. Lalu bagaimana “rasa” itu tercipta? Hanya Allah dan mereka yang tahu
jawabannya. Mungkin tulisan tangan mereka saling berkenalan, saling tertarik
kemudian. Lalu rasa turut mengambil bagian. Logika dan rasa mengadakan
konspirasi rahasia, lalu keyakinan itu tercipta. Ya, keyakinan untuk
melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Mengikat hubungan dalam perjanjian
berat yang disebut sebagai “mitsaqon ghalidzan”. Allahu… betapa sederhana keputusan
untuk menikah itu diambil, ketika semua sesuai dengan ketetapanNya.
***
Pagi yang cerah,
sedikit mendung tapi tak masalah. Hatiku masih cerah. Hari libur sih, jadi tak
ada agenda khusus. Kecuali, pekerjaan rumah dan PR belajar yang harus
kuselesaikan. Ops, sama saja ya? Libur apanya?
“Ki, mau ikut?”
Suara Om, aku bergegas ke tangga dan memastikan Om paham bahwa aku tak ingin
ikut. Ada acara jalan sehat pagi ini di Alun-alun. Om sekeluarga (beserta
adik-adik yang sedang libur panjang semester tentu saja) akan ikut acara itu. Kalau
bisa memilih, aku lebih ingin ikut aksi di Monas hari ini. Hatiku ada di sana,
bersama jutaan ummat yang juga menyatukan hati karenaNya. Sungguh, kebersamaan
mereka di sana, membuat hatiku berdarah. Baper parah.
Hari ini aku
ingin di rumah saja. Mengerjakan PR, membereskan rumah, main ke toko, sepedaan
nanti kalau sudah selesai semua kerjaan. “Ki, kalau ngga ikut, nanti belanja
sama tolong tengokin toko ya? Hari ini Cuma ada tiga anak yang jaga. Ngga papa?”
Dalam tubuh tanteku mengalir darah pengusaha sejati. Jadi sesibuk apapun, masih
sempat memikirkan usahanya berjalan baik-baik saja. Aku belajar banyak darinya.
“Oke, siap Tan,” sahutku ringan. “Sama ini, minta tolong rekap catatan
keuangan, A-B-C-D-E…… Z” Hehe, kalian tak ingin tahu detilnya kan? Jadi tak
perlu kuceritakan. “Oke, 86 copy.”
Jawabku sambil hormat bendera, maksudku, telapak tangan menempel di pelipis
dengan sikap siap. Tante tersenyum sambil bersiap.
Ternyata ujian
hari ini tak cukup sampai pada hati yang berdarah karena tak bisa ikut aksi di
Monas. Karena tak lama kemudian, kubuka HP karena ada chat yang masuk. “Waah,
di group sampai di pingit juga.” Oh, ternyata dari calon pengantin. Aku hampir tertawa
meledak. Memang beberapa menit sebelumnya, aku keluarkan kedua calon mempelai
dari group. Biarkan mereka merasakan pingitan sebenarnya.
“Sabar ya, Cuma sementara
kok,” jawabku beberapa detik kemudian.
“Baiklah baiklah…
Lagi merapikan kamar untuk calon raja, nih.” Aku membaca kalimat tersebut, lalu
tiba-tiba gerimis turun. Membasahi hatiku yang sudah berdarah.
#OneDayOnePost
#tantangan3Fiksi
#NoSaltik
#OneDayOnePost
#tantangan3Fiksi
#NoSaltik
7 comments:
Baper biasanya sakit tapi gak berdarah. Hihi... Sabar kakak cantik :)
Waah.. Malah gerimis. Maafkan 😭😭😭
Nanti kita ke Monas sama sama yaa.
Baper tingkat akut kak...
Semoga Allah menyegerakan apa yg sudah ditunggu2. :)
Wah baper parah beneran ini mah!
Saat pertanyaan-pertanyaan itu mulai menghujam beruntun tanpa jeda tanpa mengenal waktu pun tempat😂😂
“Baiklah baiklah… Lagi merapikan kamar untuk calon raja, nih.” Aku membaca kalimat tersebut, lalu tiba-tiba gerimis turun. Membasahi hatiku yang sudah berdarah.
Duh mbak saki kata-kata itu bikin baver...
Bikin syedih
Post a Comment