Jam 12 siang,
kami jaga toko hanya berdua. Kalau beberapa bulan yang lalu jaga toko bisa
berlima bahkan berenam, terutama saat jam ramai yaitu pagi atau sore hari, hari
ini hanya berdua saja. Entah kenapa dan kemana yang lain, tak perlu
dipertanyakan karena aku juga tak punya jawaban.
Tiba-tiba
listrik padam. Biasanya ini terjadi saat hujan deras, tapi rupanya saat ini giliran
pemadaman ngga kenal hujan atau terang. Ah, ya! Kami harus menghidupkan genset
sebagai cadangan energi lampu dan komputer kasir. Kami punya waktu antara 5-10
menit sebelum computer padam sendiri. cukup, sangat cukup, seharusnya.
Sayang, sudah
lama sekali aku tidak menghidupkan genset, apalagi sebelumnya masih dibantu
mas-mas karyawan atau penjaga warnet sebela. Kali ini? Pembeli masih terus
berdatangan, sementara kami harus bergantian menjaga kasir. Jujur, saya agak
lupa SOP-nya. Rekanku, Veni, mencabut semua akses listrik untuk dua freezer dan
tiga chiller. Oke, aku ke belakang, mencoba menyalakan genset dengan membuka
kran bensin dan menarik tuas. Dan ya, berhasil!.
Yeey, hanya anak
gadis keren yang mampu meghidupkan genset tanpa harus teriak-teriak minta
tolong sama mas-mas penajga warnet di sebelah. Bahkan salah satu sales yangd
atang mengecek pekerjaan kam dan dinilai cukup berhasil. “Cuma gasnya kurang
besar dikit, Mbak.” Ujarnya sambil celingukan mencari tuas gas. Entah ketemu
atau tidak, “Tolong carikan ya, Pak.” Aku ilang begitu sambil ngeloyor ke depan
setelah Si Bapak menyanggupi.
Sekitar 10
menit berlalu Pak Sales pergi dan kami dengar genset mati sendiri. tapi lampu
tetap nyala. Oh oke, listrik nyala, kami aman. Alhamdulillah…
Lima menit
berselang, tiba-tiba lampu mati semua. “Eh, listrik mati lagi. Genset!” Seruku
kepada Veni. Sambil melangkahkan kaki ke belakang dan mencoba menyalakan genset
dengan cara yang sama, tapi tak berhasil juga. Padahal keringat sudah mengalir
deras, membasahi baju berbahan katun yang kukenakan sejak pagi. “Ah, aku
nyerah.” Ujarku lemas. Veni paham, langsung ke belakang dan beraksi. Berhasil! Tenaganya
lebih strong dari mas-mas penjaga salon, rupanya.
Namun kenapa lampu
ngga mau nyala? Semenit kemudian,… dudududu….suara genset padam. Kami mencoba
nyalakan, berulang kali namun tak berhasil juga. ketika kembali ke depan, computer
kasir sudah mati. Ah, nasib! Terpaksa beberapa pembeli kami layani secara
manual. Mau gimana lagi? Kucobe menghubungi Om, memastikan prosedur yang
kulalui untuk menyalakan genset. Tapi tak diangkat. Wajar, ini jam sibuk. Mungkin
saja Om masih rapat atau dalam perjalanan.
Jangan panik! Ujarku pada diri sendiri.
“Mbak, ini
gimana? Tutup aja po? Udah jam segini juga?” Veni tampak bingung. Aku harus
cepat ambil keputusan. Kami hanya berdua, sebentar lagi pembeli akan banyak masuk
toko karena jam pulang sekolah, sementara komputer mati. Sekarang masih ada
beberapa pembeli mencari papan alas tulis dan satu sales Avail yang menunggu. Kalau terus buka, kami tidak bisa
mengurus semuanya begitu saja. “Oke, tutup.” Jawabku tanpa minta pertimbangan
yang punya toko. Maaf ya tante, Om… hehe
Setelah selesai
dengan sales dan pembeli, kubuka lagi HP, ternyata Om telepon balik. Pintu toko
sudah hamper tertutup sempurna. Kemudian kutelepon balik Om, menjelaskan
situasinya. Dengan panduan dari Om, kulaksanakan langkah demi langkah.
1. Matikan
semua MCB
2. Cabut
kabel atau matikan semua chiller dan freezer
3. Buka
tuas kran bensin (ke bawah)
4. Arahkan
power listrik di atas genset ke paling bawah (tuas listrik ini bisa diarahkan
ke bawah, tengah dan atas. Pas genset nyala harus di posisi paling bawah)
5. Tarik
tuas genset sekuat tenaga, sampai diesel nyala. Jangan lupa pastikan bensinnya
masih ada.
6. Besarkan
sedikit demi sedikit gas genset sampai mesin terdengar stabil
7. Nyalakan
MCB satu per satu. Ada 3 MCB, bisa dinyalakan dua saja. Sepertinya MCB paling
kanan itu untuk listrik bagian belakang, kalau siang tak perlu dinyalakan,
hemat tenaga.
Berhasi! Yeey….
Lampu berhasil
menyala, komputerpun bisa tutup kas siang. “Gimana, mbak mau buka lagi?” Tanya
Veni.
“Udah tutup
aja, istirahat abis perang sama genset.” Kalimatku disambutnya dengan senyum. Kami
bergegas menghitung kas, membereskan meja kasir dan pulang. Eh, baru mau buka
gerbang dan mengeluarkan motor, ada satu kiriman lagi datang. Ah, Bapak kurir! Baiklah,
kami harus cek dulu lalu pulang.
"Sudah semua, mbak. Cuma ini kok. Maaf ya kami sudah menghambat perjalanan kalian selanjutnya." Ujar Si Bapak sopan. Kami tersenyum melepas langkahnya di tengah keramaian.
Sekarang, hampir Ashar, aku baru bangun setelah ketiduran sejenak dan bermimpi masuk hutan. Mungkin masih kangen kemah bareng teman-teman. Tuh, kan…baru
ingat kalau tadi lupa bawa galon pulang… kan air minum di rumah habis tadi pagi.
-_-
Baik, kami
memang bukan emak-emak setrong pengantar keripik singkong tadi pagi, yang
nyetir mobil diesel dan mengantar ratuan bungkus kripik ke toko-toko sendiri,
bukan pula emak-emak tukang masak dan antar anak sekolah lalu ngerumpi. Tapi sebagai
gadis zaman kini, bisa menyalakan genset bolehkah dinilai sebagai prestasi
tersendiri.
Udah, ah…lapar.
Mau makan dulu lalu buka toko lagi.
10 comments:
Keren. Anak gadis strong. ✊✊✊
lumayan buat latihan angkat beban. hihihi
Kuatkan selalu hatimu. Hihi...
Calon IBU yang baik
Kuatkan emaak wkwk
calon emak setrong wkwwk
aamiin,... hehe
Alhamdulillah hari ini toko tutup. jadi bisa leyeh-leyeh. heheh
Wanita setrong namanya
"Jangan panik" dan inilah setrong yang nyata 😂😂👍
Post a Comment