Stasiun Mojokerto,
Ahad pagi tanggal 18 Februari pukul 08.40.
Pernahkah kau berharap
keajaiban?
Aku sering.
Seperti pagi ini.
Rencana pergi naik kereta harus terhambat dengan sejumlah kesibukan dan rasa
lelah.
Jadwal kereta dari Stasiun Mojokerto jam 08.50. Sementara jarak
dari rumah ke stasiun menurut google map adalah 58 menit. Sekalipun aku belum
pernah naik kereta dari stasiun mojokerto. Perjalanan ini akan menuju kota
tetangga yang baru pertama kali akan benar-benar kukunjungi: Sidoarjo.
Tiket
sudah dibeli seorang teman yang sudah seperti saudara sejak masa kuliah, Ilmi Namanya.
Kemarin kutittip karena tak sempat berangkat sendiri ke stasiun dan kebetulan kami akan
melalui perjalanan yang sama. Sedangkan semalam Om sekeluarga harus berangkat
ke Sragen mengantar adik sepupu tes masuk sekolah. Maka pagi ini, rumah harus
sudah beres sebelum kutinggal. Minimal sarapan siap dan perabotan rapi, lantai
bersih.
Apalah dayaku yang semalam tidur jam 22.30 (atau lebih) kemudian
dibangunkan sekitar jam 23.30 untuk mengantar Om sekeluarga berangkat. Jam
00.17 mereka berangkat, aku mengunci pintu dan melanjutkan tugas yang belum
selesai.
Sekitar jam 01.30, mata menuntut untuk lelap kembali. Kuturuti
hingga adzan shubuh memanggil. Alhamdulillah, masih diberi semangat untuk
melangkah ke mushalla. Meski setelah itu kunyalakan murrotal dan al
ma'tsurat... Kesadaranku melayang bersama dinginnya pagi yang menyapa lembut
melalui jendela.
Rencana, aku berangkat jam 06.00 dari rumah, agar ada waktu
luang untuk mencari jalan ke stasiun. Perkiraan kalau ada macet atau nyasar,
naik kereta juga ngga terlambat.
Nyatanya?
Jam 05.30 Baru bisa bangun, setrika baju, mandi, menyiapkan sarapan
untuk lima orang (aku plus empat karyawan), lalu siap-siap berangkat. Sudah jam
06.30!
Baik..cerita harus dipersingkat. Perkiraan waktu menuju stasiun
menurut google map adalah 58 menit. Belum ganti baju, pakai kerudung. Tahu kan, biasanya cewek
berapa lama?
Huhuhu... Aku sudah siap plus selesai sarapan lima belas menit
kemudian. Alhamdulillah... Karyawan bisa diajak kerjasama membereskan dapur
yang kubuat berantakan selama “berkarya” tadi.
Semua beres... Berangkat. Perkiraan pas sampai stasiun, pas
jadwal kereta berangkat.
Bismillah... Kupacu kuda besi secepat kemampuan.
Jam 07.31 sudah sampai di stasiun dengan selamat.
Alhamdulillah... Ssstt... Memang, jarum di speedometer beberapa kali hampir
menyentuh angka 100 selama 45 menit terakhir. Paling sering menyentuh angka
60-80 kok. Aman, kan? Hehe...
Tenang, sepanjang jalan aku berserah pada Allah. Bismillahi
tawakkaltu 'alallah...
Keajaiban kurasakan pagi ini. Memangkas
waktu 13 menit dari perkiraan (sudah termasuk manasi mesin motor, mampir SPBU
karena indicator bensin sudah menunjuk warna merah, dan berhadapan dengan
beberapa titik macet.
Kemudian sampai saat ini, ilmi
belum tampak di stasiun. Pengumuman kereta Jenggala juga belum ada, sepertinya
aku harus berharap pada keajaiban berikutnya. Kalau terpaksa terlambat atau
harus ditinggal kereta karena tiket masih dibawa ilmi, mungkin nanti akhirnya
harus berangkat pakai motor ^_^
Gawai yang
sedang kupakai menulis langsung di status FB ini, rupanya membuat koneksi
aplikasi yang lain tersendat. Aku tidak sadar sampai kuselesaikan posting
status, lalu kututup aplikasi Facebook, ternyata Ilmi sudah sampai di stasiun. Sekarang
sudah jam 8.00, kenapa belum ada pengumuman kereta Jenggala akan berangkat? Aku
penasaran, kubuka aplikasi WA, ada 7 panggilan terlewat, puluhan chat, dan belum
sempat kubaca semuanya, Ilmi memanggil. Kuangkat dan kudengar suara paniknya. Aduh,
maaf ya… aku tak sengaja.
Ternyata dia
sudah masuk kereta, sementara aku belum bisa check in tanpa tiket. Alhamdulillah, di saat seperti ini, terasa
sekali betapa Allah sangat menyayangi kami. Tidak sulit bagi Ilmu untuk
menemukanku diantara kerumunan (padahal sebelumnya dia tidak berhasil
menemukanku di ruang tunggu sepan loket). Tiket diulurkan, aku bisa masuk. Sampai
tempat duduk sudah jam 8.05. kenapa kereta belum juga bergerak?
“Masih nunggu
Kereta Mutiara Selatan lewat,” Begitu kabar yang kudengar. Ah, ya. Kereta jarak
dekat, ekonomi, memang harus “mengalah” dengan kereta jarak jauh, apalagi bisnis
dan eksekutif. Tapi tak mengapa, adakalanya keterlambatan jadwal kereta adalah
anugerah, bagi kami saat ini adalah salah satunya.
Kami menghadiri
acara Milad FLP di Aula Kemenag Kabupaten Sidoarjo. Menurut jadwal, acara dimulai
jam 08.00, tapi tujuan kami bukanlah mengikuti acara sejak awal, selain karena
tidak bisa (setelah melihat jadwal), juga karena yang paling utama adalah kami
bisa berjumpa bunda Mabruroh, salah satu bunda kece yang kami kenal lewat
komunitas ODOP, dan dua pemateri keren: Bunda Sinta Yudisia dan Om Arul
Chandrana. Bunda Sinta adalah psikolog sekaligus penulis yang profesi utamanya
adalah seorang istri sekaligus ibu. Sudah ada 60 judul buku yang ditulis dan
diterbitkannya. Yang paling kukenal karena banyak teman bilang novel karya
beliau recommended adalah: REEM. Aku sendiri belum baca, hehe. Sedangkan Om
Arul, pernah sekali mengisi kelas di group besar ODOP. Selama materi itu, yang
kuingat adalah beliau kocak plus mutitalenta. Jadilah niat perjalanan ini
adalah karena ingin berjumpa mereka. Ya, siapa tahu ketularan keren kan?
Alhamdulillah, kami
sampai di lokasi tepat sebelum Bunda Sinta sebagai pemateri pertama mengisi
acara. Kami tidak ketinggalam materi Motivasi Menulis di Era Digital. Alhamdulillah,
alhamdulillah, alhamdulillah… keajaiban demi keajaiban mewarnai pagi ini. Sampai
saat kami harus kembali sore harinya, tidak ada hujan yang turun. Aku sampai
rumah dengan selamat tepat saat adzan maghrib berkumandang.
Fabiayyi aalaa irobbikumaa tukaddzzibaan….
Tidak ada yang
tidak mungkin ketika Allah berkehendak. Jangan pernah lupa bahwa Allah berkehendak
sesuai dengan prasangka hambaNya. Maka selalu berprasangka baik itu penting. Sekecil
apapun hal yang kita inginkan, cukup sampaikan pada Allah. Lalu yakin, dan lakukan
usaha terbaik. Insya Allah, hanya hal-hal terbaik yang terjadi kemudian pada
kita.
10 comments:
Uwooow cerita yang epik banget mbaak! Jadi terharu (aku disebut reek) sekaligus kagum sm perjuangannya menuntut ilmu. Semoga selalu istikomah mbak:)
Aaamiin.... Perlu, sangat perlu menjaga diri dalam pusaran pergaulan orang-orang hebat ketika ingin melangkah beriring bersama mereka. Mohon do'a, semoga langkah ini tak surut ^_^
Dih pengalamannya keren. Kece badai.
Duh menginspirasi sekali pengalamannya mbak Kifa ini. Suka banget
Fabiayyi aalaa irobbikumaa tukaddzzibaan….
Prcaya banget dengan kalimat Alloh ini
keren mba kifah
Keren mbak. Tp nggak biasanya mbak sakifah typo dan beberapa kata yang kekurangan huruf.
Satu lagi Font.y kok berubah ya?😁
Jadi malu hihi
Eh makasih udah dikoreksi dengan teliti... Hrhe, maap itu posting tanpa editing. Jadi ya rada berantakan deh..
Eh makasih udah dikoreksi dengan teliti... Hrhe, maap itu posting tanpa editing. Jadi ya rada berantakan deh..
Post a Comment