Monday, 30 April 2018

Bersyukur Saat Dipaksa

| |


Seringkali kita, atau saya saja, mengeluh ketika dipaksa melakukan sesuatu. Sedang enak tidur misalnya, dibangunkan dan dipaksa untuk segera mandi, membantu orang tua. Sedang sibuk dengan pekerjaan, dipaksa membantu hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Sedang dalam perjalanan, dipaksa untuk berdiri karena kursi penuh atau ada orag lain yang lebih prioritas mendapat tempat duduk. Tidak enak, ya?

Dipaksa memang tidak enak. Terutama saat awal pemaksaan itu terjadi. Rasanya berat sekali menjalani sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan hati. Apalagi bagi orang yang moody, saya contohnya. Ah, ingin sekali rasanya menolak untuk melakukan hal itu. Tapi saat dipikir lagi, ya memang harus diselesaikan. Sesuatu itu harus dilakukan, tidak bisa tidak, jika ada tujuan yang jelas ingin dicapai.

Seperti saat ini, dipaksa menulis. Rasanya berat sekali. Mau menulis apa bingung, mengetikkan kata pertama seperti mencari jarum di tumpukan jerami, sulit sekali. Tapi menyadari akibat jika tidak menulis hari ini, hati ciut kembali. Tidak mau menulis berarti mengorbankan sebulan dalam kelas fiksi berlalu sia-sia. Ups, mungkin tidak benar-benar sia-sia. Masih banyak ilmu yang sudah terlanjur didapat di kelas ini. Tapi sungguh, jika tidak berhasil menulis hari ini dan memenuhi target minimal posting, tidak bisa lanjut dan ikut project antologi. Ngeri, kan?

Ya, setidaknya bagi saya. Padahal ini kesempatan langka, menggorskan tinta bersama teman-teman dari ODOP 5. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? bisa jadi virus malas kian menjadi. Jadi sebaiknya, lakukan saja meski terpaksa. Ingat akibat jika tidak bisa mendapat tiket lanjut di kelas ini: kick out!

Oke, jadi saya harus bersyukur kali ini. Dipaksa berarti saya berkarya. Melakukan sesuatu yang baik dengan dipaksa masih lebih baik dibanding melakukan hal buruk meski tidak terpaksa, bukan? Ah, iya sajalah. Biar cepat urusannya. Ingat, dapat tiket lanjut kelas = buat antologi lagi. jadi, harus semangat!

Bersyukur, membuat hati merasa lebih ridha melakukan setiap hal meski awalnya terpaksa. Tentu ini berakibat baik pula bagi hasilnya. Bukankah sesuatu yag dikerjakan dalam keadaan tenang dan tidak kemerungsung itu lebih baik dan indah? Bersykur juga bisa membuat keadaan terasa lebih baik. Meskipun mungkin lelah, karena melakukan hal diluar ekspektasi itu menyita lebih banyak tenaga. Tapi tak mengapa. Anggap saja olahraga, ya?



1 comments:

Wira Satya Nagara said...

Bener banget mbak syakif, bersyukur bisa mengenal odop, tapi sayang saya ndak bisa ikut ampe waktu kemarin, karena ada Kuliah kerja nyata di pelosok, walhasil di sono gk ada sinyal, tapi aku udh izin ke mba hanum dkk, katanya nnti suruh ikut odop6 aja. Mbak nanti silakan main dan berkunjung ke gubuk maya ku kalau mbak berkenan dan ndak sibuk heheh di www.kangsanikradu.blogspot.com

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©