Ramadhan selalu
menjadi bulan istimewa. Disambut dengan suka cita dan penuh warna. Meskipun
tahun ini ada warna duka sebelum kedatangannya, semoga tetap penuh cinta hingga
ujungnya.
Ramadhan, bulan mulia yang di dalamnya berpendar jutaan cahaya. Mulai
dari sahur yang ramai pemuda membangunkan warga, jalan pagi yang penuh canda,
hingga buka bersama yang selalu menjadi kesempatan istmewa bagi siapa saja.
Asal tidak melupakan tarawih dan tadarrus setelahnya, semoga acara buka bersama
membawa berkah bagi kita semua.
Acara buka
bersama saat Ramadhan biasa menjadi kesempatan untuk reuni, kopdar, atau
sekedar nongkrong bareng teman-teman akrab. Ada dampak positif sekaligus
negative dari acara semacam ini. Disatu sisi, acara kumpul-kumpul termasuk buka
bersama adalah ajang silaturrahim, merekatkan ukhuwah, sekaligus ladang pahala,
khusus bagi yang traktir. Hehe, positif sekali kan?
Namun tak
jarang, acara buka bersama dilakukan bersama lawan jenis bukan mahrom, bukan
pula pasangan sah. Pergi berduaan, ngabuburit menikmati senja sambil menunggu
waktu berbuka. Berboncengan, bercanda, seolah dunia milik berdua. (Lah, orang
lagi cinta wajar kan?) Ehm, wajar ya?
Versi pemuda dan
pemudi zaman now, buka bersama model seperti ini mungkin dianggap wajar.
Pacaran saja dianggap wajar, apalagi “Cuma” buka bersama? Hmm, sayang sekali
ya? Pemuda dan pemudi kita sudah terdoktrin kewajaran yang jauh menyimpang dari
kemurnian ajaran agama. Zaman kakek nenek kita dulu, jangankan pergi berdua, saling
melirik dan menyapa antara lawan jenis saja sudah harus hati-hati. Apalagi
berbicara panjang lebar tanpa perantara? Bisa seketika dibawa ke KUA. Itu kan
dulu? Iya, zaman ketika adab, kontrol sosial dan agama masih berjalan
beriringan dalam hal yang sama. Sekarang, tidak hanya persepsi para pemuda dan
pemudi muslim yang “teracuni” pemahaman seperti ini. Bahkan banyak orang tua
yang khawatir ketika menginjak remaja anak-anaknya belum punya -gandengan-,
pacar maksudnya. Duh!
Padahal, tidak
sedikit kasus hamil di luar nikah, pacaran yang putus di tengah jalan padahal
sudah hilang keperawanan, atau minimal, remaja yang masih “bau kencur” karena
belum berpikir matang untuk hubungan pernikahan itu jika bermain-main dengan
pacaran, berbahaya. Lalu, dimanakah letak kebanggaan para orang tua yang
membiarkan anak-anaknya memilih pacarana ketimbang fokus belajar atau melakukan
kegiatan positif lainnya? Apalagi sampai dibawa ke acara buka bersama, yang
seharusnya menjadi momentum ibadah dan waktu mustajabnya do’a, malah dihiasi
dengan maksiat kepada pemilik semesta.
Sayang sekali
ya?
Ayolah, kita
ubah kebiasaan buruk seperti in, dimulai dari diri sendiri. mumpung Ramadhan,
mumpung training perbaikin diri membuka pendaftaran seluas-luasnya. Pahala disediakan
melimpah, syetan dibelenggu di neraka. Kalau kita masih tergoda nafsu dunia,
itu karena kita sendiri yang menjelma sebagai setan. #eh, ganti peran ya?
Boleh, kalau mau
buka bersama. Tidak satupun dalil yang melarang perkara muamalah seperti ini. Dasarnya
muamalah kan, kalau ngga ada dalil yang melarang berarti boleh. Ya kan? Nah,
tapi ingat, buka bersama-lah yang membawa berkah. Lakukan dengan orang-orang
yang memang perlu ditemui, jangan campuri dengan kegiatan maksiat yang
mengotori hati. Terus, kalau sudah selesai acara buka bersama, tarawih tetap
jadikan agenda. Jangan sampai buka bersama menyita kesempatan berburu pahala. Apalagi
sampai terlena dengan kegiatan lain yang unfaedah begitu, ya?
#RWC_2
#RamadhanWritingChallenge
#ODOP
#Ramadhan
0 comments:
Post a Comment