Ramadhan telah
tiba. Tahun ini, di Indonesia Ramadhan datang pada pertengahan bulan Mei-Juni.
Bulan dimana udara siang lebih sering terasa panas, berdebu, dan mengundang
dahaga karena bertepatan dengan musim kemarau. Sementara saat puasa, tentu tak
boleh secuilpun makanan atau setetespun air melewati kerongkongan, kecuali jika
seorang muslim berhalangan untuk melaksanakan puasa.
Saat siang
menjelang sore, dahaga mencapai puncaknya. Sudahlah jam berbuka puasa masih
lama, dibatalkanpun sayang. Tak ada yang bisa dilakukan selain bertahan,
menyelesaikan puasa hingga matahari terbenam. Bagi orang-orang yang berpuasa karena iman,
tentu menahan dahaga dan lapar tetap terasa nikmat walau mungkin awalnya perlu
menganggap itu siksaan yang biasa.
Tapi bagi
anak-anak dan orang-orang yang belum terbiasa berpuasa? Saat siang yang terik,
masuk ke dalam rumah untuk berlindung dari panas, atau di ruang public dengan
fasilitas layar TV, tayangan iklan tiba-tiba menggoda mata. Ada sebuah gelas
kristal berisi buah-buahan yang dipotong segar, ditata sedemikian rupa dengan
cantik. Perpaduan warna merah, kuning, hijau tampak mencolok dan menerbitkan
selera. Tak lama kemudian, potongan es batu dituang dan bunyi gemeletuk es
beradu dengan gelas terdengar merdu. Belum selesai sensasi kesegaran yang
ditawarkan, kemilau sirup dituang ke dalam gelas, menambah kesan manis dan
sangat menyegarkan sebagai obat dahaga. Glek!
Ya, iklan sirup
penyebabnya. Ah, imajinasi jadi kemana-mana setelah mata tersihir oleh tayangan
penuh goda itu. Percaya atau tidak, tayangan iklan sirup yang menggoda mampu
memancing keinginan kita untuk menyiapkan menu berbuka yang istimewa. Ada yang
tertarik menuntaskan keinginan berbuka puasa dengan es oyen, es degan,
melengkapinya dengan berbagai hidangan, buah, kudapan, hingga menu makan besar
yang beragam. Seolah semua yang diinginkan mata saat siang hari berpuasa, harus
tersedia di meja dan takut akan segera habis ketika nanti berbuka.
Buktinya?
Saat adzan
maghrib berkumandang, biasanya yang pertama kita tergoda pada minuman. Pesona
es yang tampak di layar tadi siang masih menari dalam benak. Maka tanpa
menunggu waktu lama setelah berdo’a (semoga yang satu ini selalu ingat),
segelas minuman segera tandas. Disusul dengan makanan lain, lagi dan lagi. Tanpa
sadar, perut penuh seketika. Padahal stok makanan dan minuman masih banyak. Ah,
kenapa sepertinya tadi makanan tampak sedikit, sekarang sisanya masih banyak?
Percayalah, iklan
sirup memang menggoda. Jajanan dan lauk pauk yang tampak mata saat puasa itu
menggugah selera. Tapi sungguh, puasa tidak mengubah kapasitas perut kita jadi
lebih luas untuk menampung semua makanan dan minuman itu. Justru, setelah
puasa, volume makanan dan minuman yang bisa diterima perut bisa jadi menyusut.
Ya, karena organ pencernaan sudah istirahat seharian. Jadilah mereka harus
menyesuaikan ukuran, kan?
Puasa tak hanya
bertujuan menahan lapar dan dahaga, melatih fisik dan organ tubuh agar tetap
sehat dan normal, tapi lebih dari itu, tujuan puasa adalah mencapai derajat
taqwa. Ah, jadi ingat peristiwa yang harus kita saksikan beberapa hari terakhir
ini. Media elektronik, sosial dan cetak semua penuh dengan berita terror. Mulai
dari terror bom yang meledak di berbagai tempat, korban meninggal yang terus
berjatuhan, puluhan orang yang menjadi korban luka baik dari aparat maupun
warga sipil, hingga duka yang harus kita rasakan bersama, entah kapan
sembuhnya.
Ujian mereka
yang terluka, tak hanya harus menyambut puasa dengan menahan lapar dan dahaga
(bagi mereka yang muslim), tapi juga dari dendam dan sakit hati atas peristiwa
yang terjadi. Ujian kita, tidak hanya iklan sirup yang menggoda, tapi juga
bagaimana menahan diri dari mencela sesama dan berprasangka. Iklan sirup,
sungguh ujian yang tak seberapa.
Maka menjadi
tugas kita bersama, tidak hanya menyadarkan diri sendiri agar tak terbawa arus
berita yang membakar emosi jiwa. Muslim yang melaksanakan rukun islam sepenuh
iman juga harus menjadi agen penyebar kedamaian. Agar Islam tidak dinilai salah
oleh mereka yang belum tahu dan mudah tertipu oleh media, mampu menyikapi fakta
dengan bijaksana, dan tetap menjaga diri dari diskon yang sebentar lagi
menggoda mata. #eh
0 comments:
Post a Comment