Friday, 18 May 2018

Ujian Kecil Iklan Sirup

| |



Ramadhan telah tiba. Tahun ini, di Indonesia Ramadhan datang pada pertengahan bulan Mei-Juni. Bulan dimana udara siang lebih sering terasa panas, berdebu, dan mengundang dahaga karena bertepatan dengan musim kemarau. Sementara saat puasa, tentu tak boleh secuilpun makanan atau setetespun air melewati kerongkongan, kecuali jika seorang muslim berhalangan untuk melaksanakan puasa.

Saat siang menjelang sore, dahaga mencapai puncaknya. Sudahlah jam berbuka puasa masih lama, dibatalkanpun sayang. Tak ada yang bisa dilakukan selain bertahan, menyelesaikan puasa hingga matahari terbenam.  Bagi orang-orang yang berpuasa karena iman, tentu menahan dahaga dan lapar tetap terasa nikmat walau mungkin awalnya perlu menganggap itu siksaan yang biasa.

Tapi bagi anak-anak dan orang-orang yang belum terbiasa berpuasa? Saat siang yang terik, masuk ke dalam rumah untuk berlindung dari panas, atau di ruang public dengan fasilitas layar TV, tayangan iklan tiba-tiba menggoda mata. Ada sebuah gelas kristal berisi buah-buahan yang dipotong segar, ditata sedemikian rupa dengan cantik. Perpaduan warna merah, kuning, hijau tampak mencolok dan menerbitkan selera. Tak lama kemudian, potongan es batu dituang dan bunyi gemeletuk es beradu dengan gelas terdengar merdu. Belum selesai sensasi kesegaran yang ditawarkan, kemilau sirup dituang ke dalam gelas, menambah kesan manis dan sangat menyegarkan sebagai obat dahaga. Glek!

Ya, iklan sirup penyebabnya. Ah, imajinasi jadi kemana-mana setelah mata tersihir oleh tayangan penuh goda itu. Percaya atau tidak, tayangan iklan sirup yang menggoda mampu memancing keinginan kita untuk menyiapkan menu berbuka yang istimewa. Ada yang tertarik menuntaskan keinginan berbuka puasa dengan es oyen, es degan, melengkapinya dengan berbagai hidangan, buah, kudapan, hingga menu makan besar yang beragam. Seolah semua yang diinginkan mata saat siang hari berpuasa, harus tersedia di meja dan takut akan segera habis ketika nanti berbuka.

Buktinya?

Saat adzan maghrib berkumandang, biasanya yang pertama kita tergoda pada minuman. Pesona es yang tampak di layar tadi siang masih menari dalam benak. Maka tanpa menunggu waktu lama setelah berdo’a (semoga yang satu ini selalu ingat), segelas minuman segera tandas. Disusul dengan makanan lain, lagi dan lagi. Tanpa sadar, perut penuh seketika. Padahal stok makanan dan minuman masih banyak. Ah, kenapa sepertinya tadi makanan tampak sedikit, sekarang sisanya masih banyak?

Percayalah, iklan sirup memang menggoda. Jajanan dan lauk pauk yang tampak mata saat puasa itu menggugah selera. Tapi sungguh, puasa tidak mengubah kapasitas perut kita jadi lebih luas untuk menampung semua makanan dan minuman itu. Justru, setelah puasa, volume makanan dan minuman yang bisa diterima perut bisa jadi menyusut. Ya, karena organ pencernaan sudah istirahat seharian. Jadilah mereka harus menyesuaikan ukuran, kan?

Puasa tak hanya bertujuan menahan lapar dan dahaga, melatih fisik dan organ tubuh agar tetap sehat dan normal, tapi lebih dari itu, tujuan puasa adalah mencapai derajat taqwa. Ah, jadi ingat peristiwa yang harus kita saksikan beberapa hari terakhir ini. Media elektronik, sosial dan cetak semua penuh dengan berita terror. Mulai dari terror bom yang meledak di berbagai tempat, korban meninggal yang terus berjatuhan, puluhan orang yang menjadi korban luka baik dari aparat maupun warga sipil, hingga duka yang harus kita rasakan bersama, entah kapan sembuhnya.

Ujian mereka yang terluka, tak hanya harus menyambut puasa dengan menahan lapar dan dahaga (bagi mereka yang muslim), tapi juga dari dendam dan sakit hati atas peristiwa yang terjadi. Ujian kita, tidak hanya iklan sirup yang menggoda, tapi juga bagaimana menahan diri dari mencela sesama dan berprasangka. Iklan sirup, sungguh ujian yang tak seberapa.

Maka menjadi tugas kita bersama, tidak hanya menyadarkan diri sendiri agar tak terbawa arus berita yang membakar emosi jiwa. Muslim yang melaksanakan rukun islam sepenuh iman juga harus menjadi agen penyebar kedamaian. Agar Islam tidak dinilai salah oleh mereka yang belum tahu dan mudah tertipu oleh media, mampu menyikapi fakta dengan bijaksana, dan tetap menjaga diri dari diskon yang sebentar lagi menggoda mata. #eh


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©