Sudah hampir dua
bulan ini aku pulang ke Jombang. Kota santri tempatku dibesarkan. Selama dua
tahun terakhir ini adalah rumah Pakdhe, kakak lelaki ibu yang sudah seperti
ayah bagiku. Sebelumnya aku tinggal di Gunungkidul, kota kelahiran sekaligus
persinggahan saat menuntut ilmu.
Di Jombang,
sebelum lebaran hingga beberapa hari setelahnya aku tinggal bersama ayah, ibu,
adik dan nenek. Namun kemudian paman (adik ayah) memintaku tinggal bersama keluarga
beliau. Keluarga paman tinggal di kota Jombang juga, tapi beda kecamatan. Rumah
orang tua di Jombang ujung utara, rumah paman di ujung selatan, begitulah.
Enak? Iya dong,
alhamdulillah. Kerasan? Kebiasaan nomaden membuatku mudah adaptasi dimanapun.
Tapi namanya tinggal di tempat saudara, seenak atau senyaman apapun pasti tak
bisa menggantikan cita rasa rumah. Lalu, kenapa tidak pulang dan tinggal bersama
orang tua saja?
Tidak, tepatnya
tidak tega. Akhir bulan ini paman (Om) dan tante insya Allah menunaikan rukun
Islam ke lima. Sementara ada banyak hal yang ditinggalkan di rumah, butuh
bantuan untuk mengatur semuanya. Paman adalah seorang entrepreneur, politikus,
sosiolog, sekaligus ayah yang luar biasa. Beliau sudah kuanggap seperti ayah
kedua (atau ketiga) disamping ayah kandung dan Pakdhe.
Tentu saja aku
tidak bisa menggantikan posisi beliau sebagai politikus. Eh, buan politikus partai, tapi beliau dalah salah satu komisioner KPUD Jombang. Aduh, siapalah aku
yang baru lulus ujian tesis kemarin sore. Tapi untuk urusan lain, ada satu
toko, yang bentuknya lebih mirip minimarket sebagai ladang bisnis keluarga
beliau selama ini. Tidak terlalu besar, memang. Tapi lumayan juga dengan jumlah
pegawai 5 orang dan sistem keuangan sudah menggunakan aplikasi komputer.
Sementara aku, selama ini hanya banyak membaca teori keuangan namun belum banyak
praktik. Toko inilah yang diamanahkan kepadaku (untungnya tidak padaku seorang)
selama Om dan tante di tanah suci.
Aku suka belajar
banyak hal baru di sini. Tentang manajemen keuangan, membaca peluang pasar
retail, menajamkan intuisi bisnis, sampai mengetahui perputaran uang secara
detail dan real time. Sangat menyenangkan. Namun, bukan hanya toko yang harus
menjadi tanggung jawabku: ada adik sepupu cantik, namanya Afizah, usianya
menjelang lima tahun yang nanti juga ditinggal di rumah sendiri. Tiga kakaknya
sekolah jauh dari rumah. Kakak pertamanya kuliah di Bandung, yang kedua pondok
di Jogja, dan yang ketiga di pondok Jombang, lumayan dekat dengan rumah. Namun
sama saja, belum bisa diserahi urusan rumah karena tinggal di pondok.
Jadilah aku di
sini, belajar ilmu bisnis sekaligus “momong” gadis kecil. Tak apa, itung-itung
latihan ya, biar nanti ketika tiba saatnya tidak shock lagi. Belajar jadi
entrepreneur, siapa tahu setelah belajar Allah kasih kesempatan pegang bisnis
sendiri. Belajar “momong”, berhadapan dengan anak yang merajuk, memberi apa
yang dibutuhkan bukan sekedar dia inginkan, menjaganya dalam lingkungan yang
baik, termasuk juga melatihnya agar mandiri. Ya, mendidik anak tidak bisa hanya
menuruti keinginan. Tapi harus menyesuaikan dengan kebutuhan. Universitas kehidupan mengajarkan lebih banyak hal dari yang kita inginkan. Terima saja, insya Allah hasilnya akan baik untuk masa depan.
Sejak kecil,
masing-masing jiwa manusia memiliki ciri dan karakter sendiri. Ada type anak
yang harus dipaksa untuk melakukan hal baik, ada yang hanya perlu dorongan dan
semangat, ada pula yang harus didukung logika agar dia mau menurut. Afizah anak
yang baik, tidak mau dipaksa dan tegas. Kalau mau sesuatu, ya gimana caranya
harus ada. Kalau bilang tidak, ya tidak. Marah, ngambek, merajuk kadang terjadi
juga, namanya anak kecil. Tapi sungguh, marah dan merajuknya tidak lebih
menyeramkan dari anak lain. Paling mau es krim, ayam goreng, atau minta disuap
sama mama atau ayahnya. Hehe, kalau yang diminta hal terakhir itu, beberapa
kali sampai harus nangis ngejer karena ayah dan mamanya harus pergi, melakukan
hal dan kewajiban lain yang jauh lebih penting. Solusinya? Diamkan dulu
sementara. Sampai tenang, baru bisa diajak dialog. Afizah harus paham kenapa
ditinggal atau keinginannya tidak dipenuhi. Dengan pengertian yang pelan dan
penuh kasih saying, biasanya dia paham dan kembali ceria.
Satu hal yang
unik dari Afizah, adalah bahwa dia tidak akan berjanji kecuali berani dan siap
menepati. Misal, janji setelah pulang dari main di toko akan belajar membaca,
dia diam. Bukan berjanji agar diizinkan pulang, karena dalam hatinya rencana
minta pulang adalah untuk menonton little pony.
Perlu kesabaran
dan kecerdasan khusus untuk mendidik anak. Yah, itung-itung latihan dulu
sebelum diberi amanah anak sendiri nanti. Yang jelas, hal ini cukup menyita
waktu. Belum lagi di toko, setiap hari harus ngecek stok. Sebagian barang kami
harus kulakan sendiri, sebagian yang lain dikirim dengan pesanan, dan sebagian
lagi distok oleh sales.
Aku harus
belajar memastikan persediaan barang cukup, display tertata baik, adakalanya
juga harus melayani pembeli karena pegawai harus istirahat atau jika ada barang
dating, harus dicek kemudian diberi label harga satu per satu. Toko Surya Mada
buka mulai pukul 06.30 pagi sampai 20.30 malam. Setelah toko tutup, kami harus
menghitung detail kas haran untuk kemudian dilaporkan kepada pemilik. Biasanya
baru bisa pulang sekitar pukul
Kesibukan baru
inilah yang cukup menyita waktu. Sehingga rasa bersalah perlahan hadir karena
semakin jarang memegang laptop untuk menulis. Bulan kemarin saja, tulisan di
blog bisa dihitung jari. Padahal aslinya, ingin sekali menulis, menyelesaikan
tugas, dan mengikuti obrolan di group seperti biasa. Semua penting, tentu saja.
Tapi rupanya diri ini begitu jauh dari sempurna sehingga tidak semua kewajiban
terlaksana sebagaimana mestinya.
Ingin sekali
rasanya menyampaikan permintaan maaf kepada kelas non fiksi yang jadi sering
ketinggalan. Juga teman-teman ODOP yang tetap semangat meraih mimpi jadi
penulis. Aku akan kembali menulis, segera ketika bisa meluangkan waktu. Sedih,
sekaligus senang dengan kesibukan baru ini. Aku terus berusaha mengambil sisi
positif dari setiap hal yang harus kehadapi. Semoga langkah demi langkah
tertata baik sehingga bisa sampai ke tujuan dengan bahagia.
3 comments:
Senang nya kesibukan baru lain daripada biasanya dik..
Toko Surya Mada ada di mana, mbk Saki?
Kalau lewat tak mampir situ.
Ngori mas....sebelum perempatan pasar sapi iiri jalan kl dari jombang...abis Sman 1 ngoro
Post a Comment