Wednesday, 9 August 2017

Kesibukan Baru

| |


Sudah hampir dua bulan ini aku pulang ke Jombang. Kota santri tempatku dibesarkan. Selama dua tahun terakhir ini adalah rumah Pakdhe, kakak lelaki ibu yang sudah seperti ayah bagiku. Sebelumnya aku tinggal di Gunungkidul, kota kelahiran sekaligus persinggahan saat menuntut ilmu.


Di Jombang, sebelum lebaran hingga beberapa hari setelahnya aku tinggal bersama ayah, ibu, adik dan nenek. Namun kemudian paman (adik ayah) memintaku tinggal bersama keluarga beliau. Keluarga paman tinggal di kota Jombang juga, tapi beda kecamatan. Rumah orang tua di Jombang ujung utara, rumah paman di ujung selatan, begitulah.

Enak? Iya dong, alhamdulillah. Kerasan? Kebiasaan nomaden membuatku mudah adaptasi dimanapun. Tapi namanya tinggal di tempat saudara, seenak atau senyaman apapun pasti tak bisa menggantikan cita rasa rumah. Lalu, kenapa tidak pulang dan tinggal bersama orang tua saja?

Tidak, tepatnya tidak tega. Akhir bulan ini paman (Om) dan tante insya Allah menunaikan rukun Islam ke lima. Sementara ada banyak hal yang ditinggalkan di rumah, butuh bantuan untuk mengatur semuanya. Paman adalah seorang entrepreneur, politikus, sosiolog, sekaligus ayah yang luar biasa. Beliau sudah kuanggap seperti ayah kedua (atau ketiga) disamping ayah kandung dan Pakdhe.

Tentu saja aku tidak bisa menggantikan posisi beliau sebagai politikus. Eh, buan politikus partai, tapi beliau dalah salah satu komisioner KPUD Jombang. Aduh, siapalah aku yang baru lulus ujian tesis kemarin sore. Tapi untuk urusan lain, ada satu toko, yang bentuknya lebih mirip minimarket sebagai ladang bisnis keluarga beliau selama ini. Tidak terlalu besar, memang. Tapi lumayan juga dengan jumlah pegawai 5 orang dan sistem keuangan sudah menggunakan aplikasi komputer. Sementara aku, selama ini hanya banyak membaca teori keuangan namun belum banyak praktik. Toko inilah yang diamanahkan kepadaku (untungnya tidak padaku seorang) selama Om dan tante di tanah suci.

Aku suka belajar banyak hal baru di sini. Tentang manajemen keuangan, membaca peluang pasar retail, menajamkan intuisi bisnis, sampai mengetahui perputaran uang secara detail dan real time. Sangat menyenangkan. Namun, bukan hanya toko yang harus menjadi tanggung jawabku: ada adik sepupu cantik, namanya Afizah, usianya menjelang lima tahun yang nanti juga ditinggal di rumah sendiri. Tiga kakaknya sekolah jauh dari rumah. Kakak pertamanya kuliah di Bandung, yang kedua pondok di Jogja, dan yang ketiga di pondok Jombang, lumayan dekat dengan rumah. Namun sama saja, belum bisa diserahi urusan rumah karena tinggal di pondok.

Jadilah aku di sini, belajar ilmu bisnis sekaligus “momong” gadis kecil. Tak apa, itung-itung latihan ya, biar nanti ketika tiba saatnya tidak shock lagi. Belajar jadi entrepreneur, siapa tahu setelah belajar Allah kasih kesempatan pegang bisnis sendiri. Belajar “momong”, berhadapan dengan anak yang merajuk, memberi apa yang dibutuhkan bukan sekedar dia inginkan, menjaganya dalam lingkungan yang baik, termasuk juga melatihnya agar mandiri. Ya, mendidik anak tidak bisa hanya menuruti keinginan. Tapi harus menyesuaikan dengan kebutuhan. Universitas kehidupan mengajarkan lebih banyak hal dari yang kita inginkan. Terima saja, insya Allah hasilnya akan baik untuk masa depan.

Sejak kecil, masing-masing jiwa manusia memiliki ciri dan karakter sendiri. Ada type anak yang harus dipaksa untuk melakukan hal baik, ada yang hanya perlu dorongan dan semangat, ada pula yang harus didukung logika agar dia mau menurut. Afizah anak yang baik, tidak mau dipaksa dan tegas. Kalau mau sesuatu, ya gimana caranya harus ada. Kalau bilang tidak, ya tidak. Marah, ngambek, merajuk kadang terjadi juga, namanya anak kecil. Tapi sungguh, marah dan merajuknya tidak lebih menyeramkan dari anak lain. Paling mau es krim, ayam goreng, atau minta disuap sama mama atau ayahnya. Hehe, kalau yang diminta hal terakhir itu, beberapa kali sampai harus nangis ngejer karena ayah dan mamanya harus pergi, melakukan hal dan kewajiban lain yang jauh lebih penting. Solusinya? Diamkan dulu sementara. Sampai tenang, baru bisa diajak dialog. Afizah harus paham kenapa ditinggal atau keinginannya tidak dipenuhi. Dengan pengertian yang pelan dan penuh kasih saying, biasanya dia paham dan kembali ceria.


Satu hal yang unik dari Afizah, adalah bahwa dia tidak akan berjanji kecuali berani dan siap menepati. Misal, janji setelah pulang dari main di toko akan belajar membaca, dia diam. Bukan berjanji agar diizinkan pulang, karena dalam hatinya rencana minta pulang adalah untuk menonton little pony.

Perlu kesabaran dan kecerdasan khusus untuk mendidik anak. Yah, itung-itung latihan dulu sebelum diberi amanah anak sendiri nanti. Yang jelas, hal ini cukup menyita waktu. Belum lagi di toko, setiap hari harus ngecek stok. Sebagian barang kami harus kulakan sendiri, sebagian yang lain dikirim dengan pesanan, dan sebagian lagi distok oleh sales.

Aku harus belajar memastikan persediaan barang cukup, display tertata baik, adakalanya juga harus melayani pembeli karena pegawai harus istirahat atau jika ada barang dating, harus dicek kemudian diberi label harga satu per satu. Toko Surya Mada buka mulai pukul 06.30 pagi sampai 20.30 malam. Setelah toko tutup, kami harus menghitung detail kas haran untuk kemudian dilaporkan kepada pemilik. Biasanya baru bisa pulang sekitar pukul

Kesibukan baru inilah yang cukup menyita waktu. Sehingga rasa bersalah perlahan hadir karena semakin jarang memegang laptop untuk menulis. Bulan kemarin saja, tulisan di blog bisa dihitung jari. Padahal aslinya, ingin sekali menulis, menyelesaikan tugas, dan mengikuti obrolan di group seperti biasa. Semua penting, tentu saja. Tapi rupanya diri ini begitu jauh dari sempurna sehingga tidak semua kewajiban terlaksana sebagaimana mestinya.


Ingin sekali rasanya menyampaikan permintaan maaf kepada kelas non fiksi yang jadi sering ketinggalan. Juga teman-teman ODOP yang tetap semangat meraih mimpi jadi penulis. Aku akan kembali menulis, segera ketika bisa meluangkan waktu. Sedih, sekaligus senang dengan kesibukan baru ini. Aku terus berusaha mengambil sisi positif dari setiap hal yang harus kehadapi. Semoga langkah demi langkah tertata baik sehingga bisa sampai ke tujuan dengan bahagia.

3 comments:

Wiwid Nurwidayati said...

Senang nya kesibukan baru lain daripada biasanya dik..

Sang Mahadewa said...

Toko Surya Mada ada di mana, mbk Saki?
Kalau lewat tak mampir situ.

Sakif said...

Ngori mas....sebelum perempatan pasar sapi iiri jalan kl dari jombang...abis Sman 1 ngoro

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©