Tugas kelas non
fiksi ODOP kali ini menuntut setiap anggota menuliskan sosok yang
menginspirasi. Sungguh, tidak sulit sebenarnya menemukan orang-orang yang telah
banyak memberi saya inspirasi, baik dari kalangan orang terkenal, ulama,
penulis, akademis, orang-orang yang saya jumpai sehari-hari di
lingkungan keluarga, kampus, teman, bahkan orang-orang yang “tanpa rencana”
bertemu dalam perjalanan dan kemudian menjadi perantara hikmah kehidupan.
Namun, tugas ini tak sesederhana itu. Pemateri Dewie DeAn memberi batasan cukup ekstrim untuk
menulis sosok yang dimaksud: hanya dari anggota ODOP aktif. Mereka yang sudah
pasif dan meninggalkan group tidak termasuk dalam kategori ini. Sayang, padahal
kalau boleh menulis tentang “mantan” anggota ODOP, ada banyak juga yang
inspiratif, lho!
Setelah merenung
tujuh jam tujuh malam, sampailah saya pada beberapa pilihan untuk menulis sosok
anggota ODOP. Beberapa teman sudah ada yang menyelesaikan tugas ini. Aduh,
pilihan semakin sedikit. Iya kan, masa menulis sosok yang sama dengan yang
lain? Padahal yang lain juga keren, meski memilih satu diantara mereka
sejujurnya sedikit sulit.
Akhirnya, saya
memilih menulis tentang sosok yang suka sekali membagi inspirasi dari hati. Dia
menulis bukan untuk mengejar materi, bukan pula untuk menabung dan membeli
sapi. #loh
Sosok satu ini,
menulis karena ingin berbagi. Ya, berbagi banyak hal yang dia ketahui. Karena
bisa jadi, apa yang kita tahu, orang lain belum tahu, kemudian suatu saat
membutuhkan informasi dari apa yang kita tahu. Dengan berbagi meski hanya lewat
tulisan, dia yakin bahwa akan selalu ada orang-orang yang membaca dan berharap
tulisan itu bermanfaat bagi siapapun yang ditakdirkan “menemui” tulisannya.
Nomaden Sejak
Kecil
Sosok inspiratif
kita ini adalah pria kelahiran Jakarta. Kemudian saat kelas 3 SD, harus pindah
dan tinggal di Kudus hingga selesai sekolah jenjang SMA. Tinggal jauh dari
orang tua menuntutnya menjadi pribadi yang mandiri sejak dini. Memang benar,
tanah rantau banyak mengajarkan hal-hal yang mungkin tidak bisa diperoleh dalam
kasih sayang orang tua.
Setelah lulus SMA,
dia kembali ke Bekasi. Sekarang tinggal di Jakarta-Bogor. Yah, bolak balik gitu
mirip setrikaan. Mumpung masih “sendiri” mungkin ya, jadi belum banyak
tanggungan. Tidak masalah mau tinggal dimanapun. Yang penting dia bisa melakukan
semua aktivitas yang memang dipilihnya dengan bahagia.
Menjaga Pola
Hidup Sehat di Tengah Kesibukan yang Padat
Kesibukannya sehari-hari
adalah menjadi bagian dari tim developer property syari’ah. Hampir satu tahun
ini dia dan timnya harus bekerja tanpa mengenal waktu. Tak jarang harus pergi
pagi pulang malam, kadang harus survey lapangan, mengerjakan berbagai proyek, sampai kegiatan marketing yang menyita banyak waktu dan tenaga.
Akhir pekan atau
hari libur tak pernah dia isi dengan bermalas-malasan tanpa alasan. Selalu ada
saja yang dikerjakan. Entah bersepeda, mengunjungi Sentul, pegunungan, gemericik
air sungai, atau sekedar menikmati udara pedesaan. Dalam kesempatan lain, dia
bisa menikmati jogging di antara keramaian kota. Memilih taman atau lahan hijau
terbuka sebagai “wilayah”nya, atau berenang untuk menyegarkan jiwa dan raga.
Untuk makanan, dia paling suka makan buah. Susu dan daging atau ikan bukan makanan favoritnya, tapi dia tahu harus tetap makan untuk menjaga kesehatan dan menjaga gizi tetap seimbang.
Dia sadar benar,
bahwa raga manusia memiliki batas kemampuan. Tidak ada tenaga seorangpun di
dunia ini yang bisa diforsir sedemikian rupa tanpa mengenal rasa lelah atau
bosan. Namun itu tidak menghalanginya untuk tetap sibuk dengan banyak
aktivitas. “Ada mimpi yang harus direalisasikan.” Begitu tekadnya. Niat yang
kuat memang bisa memicu semangat luar biasa. Untuk menjaga tubuhnya agar tetap
sehat, dia selalu berusaha menjaga keseimbangan antara waktu istirahat,
kewajiban yang harus diselesaikan, pola makan, juga kebiasaa nsehari-hari mulai
dari hal yang sepele. Seperti makan sambil duduk dan menggunakan tangan kanan,
misalnya. Dia juga aktif mengisi jiwanya dengan menghadiri kajian ilmu agama. Berusaha
shalat tepat waktu dan menghadiri jamaah di masjid, terutama saat shubuh.
Dia yakin, pola
hidup yang sehat akan sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Pekerjaan
dan kesibukan yang banyak tidak akan bisa diselesaikan jika kita tidak menjaga
kesehatan, bukan?
Sayang Kucing Lebih
dari Status “Teman”
“Kucing adalah
satu-satunya makhluk yang menemaniku sejak kecil.” Katanya. Jauh dari orang tua
sejak kecil tentu tidak mudah dilalui. Sebaik apapun saudara atau sanak
keluarga, pasti berbeda dengan perlakuan orang tua kepada anaknya.
Kucing adalah
binatang yang lucu, menggemaskan, juga terkesan sangat pengertian. Jika sudah
ada semacam “chemistry” antara si kucing dengan tuannya, si manis ini bisa saja
menurut dan mengerti perasaan sang empunya, menghibur dan mengajak bercanda
saat yang punya sedih. Saat ini, ada Chito yang menemani hari-harinya.
Prinsip Hidup
Khoirunnaas anfa'uhum linnaas
Khoirunnaas anfa'uhum linnaas
Sebaik-baik manusia adalah yang paling
banyak manfaatnya. (Al Hadits)
Sabda Rasulullah
inilah yang menjadi motto hidupnya. Menggerakkan semangat untuk selalu berbagi
kebaikan lewat tulisan dan tindakan. Pria kelahiran 25 Desember ini selalu
tampak sibuk, namun tetap rajin menulis dan dipublikasi melalui blognya. Jika ingin
mengenanya lewat tulisan, bisa di cek ke inspirasidihati.blogspot.co.id
Baginya, belajar
adalah sebuah aktivitas kehidupan yang tidak mungkin ditinggalkan dimanapun
posisinya. Blog ini berisi berbagai informasi yang sangat bermanfaat. Sesuai judulnya,
“inspirasi di hati” atau “Inspirasi Seorang Pembelajar”, ada banyak hikmah yang
bisa kita petik dari setiap tulisannya. Mulai dari tips tentang dunia
teknologi, inspirasi yang diperoleh melalui kejadian sehari-hari, hingga cerita
tentang Chito yang selalu manis dan anggun.
Alasan Menulis
Apa yang menjadi
motivasinya untuk selalu menulis? Dia bilang, “Sejujurnya saya belum siap
menjadi penulis.” Ya, untuk menjadi seorang penulis memang membutuhkan
persiapan mental dan ilmu.
Proses sebuah tulisan untuk diterima oleh pembaca
tidak selalu mudah. Ada penulis yang hanya butuh waktu satu tahun untuk menulis
buku pertama, ada juga yang butuh bertahun-tahun sehingga merasa “mantap” untuk
menerbitkan sebuah tulisan. Tapi saya salut, di tengah ketidaksiapannya menjadi
seorang penulis, dia tetap lebih sering menulis di blog daripada saya. "Untuk membagi manfaat seluas-luasnya," itulah alasannya tetap menulis.
Mungkin nanti,
bisa jadi dia akan menerbitkan buku lebih cepat dari yang lain. Ya, siapa tahu?
Kebiasaannya menulis dan menggali inspirasi dari kejadian sehari-hari akan
memicunya menulis lebih banyak lagi dan lagi, sehingga jadilah sebuah buku.
Sudah tahu sosok
inspiratif yang saya maksud? Ya!
Dia biasa dipanggil: Ran.
Dia biasa dipanggil: Ran.
4 comments:
Manis banget ulasannya. Benar-benar menginspirasi.
Mas tamvan jadi inspirasi tuuuh... Si push ikut ngetrend juga
Cieeee.aku uda nebak pasti kakak ini karena gk boleh nulis tentang kakak yg itu haha
Eh emang mnginspirasi ini kakak
Tentang dia
Post a Comment